Selesaikanlah Status Politik Papua Barat”
Kami meminta Anda
untuk dialog pelurusan sejarah Papua Barat dan peninjauan kembali PEPERA
untuk Referendum, hanya dengan satu tujuan, yaitu ingin mengembalikan
Anda ke jalan benar.
Anda harus kembali ke jalan yang benar, sebab
sebuah bangsa yang besar, seperti Indonesia ini, tidak bisa dibangun
dengan sebuah kebohongan dan kepalsuan dalam tataran angan-angan belaka.
SBY dan MJK yang terhormar,
Selamat
pagi, selamat siang, selamat sore, selamat malam dan selamat
menjalankan tugas sebagai pemimpin bangsa Indonesia. Semoga keadaan Anda
dalam keadaan yang sehat dana walafiat.
SBY dan MJK yang terhormat,
Pada
kesempatan ini kami rakyat Papua Barat datang ke hadapan Anda lewat
sepucuk surat ini untuk mengadu nasib status politik bangsa kami, Papua
Barat. Walaupun kami tahu, kami berada dalam kekuasaan Indonesia dalam
kepemimpinan Anda, tetapi bagi kami itu tidak cukup. Karena kami tidak
ingin berada terus dalam kekuasaan Anda. Kami hanya mau meluruskan
kebenaran sejarah masa lampau, karena kami adalah pelayan-pelayan
kebenaran, keadilan dan kejujuran dan tidak ingin bersatu dengan bangsa
yang dibangun dengan “pura-pura” di bawah kepemimpinan Anda.
SBY dan MJK yang terhormat,
Kami
mau mempersoalkan status politik bangsa kami, Papua Barat. Ditinjau
dari sejarah, Indonesia dan Papua Barat menjalani perjalanan panjang
hidup ini dalam dekapan sejarah yang berbeda. Kita mulai dari sejarah
penjajahan.
Ketika Belanda menjajah Indonesia, wilayah
penjajahannya mulai dari Sabang sampai Amboina dibawah kekuasaan
Gubernur Jenderal yang berkedudukan di Betavia (sekarang Jakarta) dan
langsung bertanggungJawab kepada Ratu di negeri Belanda. Hal yang sama
pula bagi Papua Barat, Belanda menjajah Papua Barat mulai dari ujung
barat, kepulauan Raja Ampat hingga ujung timur perbatasan dengan PNG
dibawah pimpinan Gubernur Jenderal yang berkedudukan di Hollandia
(sekarang Numbay).
Melihat dari sejarah penjajahan ini, sudah
sangat nampak sejarah penjajahan itu berbeda. Indonesia juga dijajah
sendiri dengan batas penjajahan yang tidak termasuk Papua Barat dan para
Gubernur Jenderal negeri jajahanpun berkedudukan di Betavia. Begitu
pula, Papua Barat dijajah sendiri dengan batas penjajahan kepulauan Raja
Ampat di bagian barat dan perbatasan dengan PNG di bagian timur yang
tidak termasuk Indonesia dan Gebernur Jenderal negeri jajahanpun
berkedudukan di Hollandia. Sehingga sangat nampak, secara politis maupun
administratif penjajahannyapun sangat berbeda dan tidak saling
mengikat antara penjajahan di Indonesia dan Papua Barat. Hanya saja
keduanya berada pada suatu kawasan yang sama, tetapi itu tidak menjadi
alasan sejarah penjajahan yang benar untuk mengklaim Papua Barat oleh
Indonesia.
Dalam sejarah perjuangan pergerakan Indonesia, kita bisa
lihat rakyat Papua Barat tidak pernah mempunyai perasaan nasionalisme
yang sama, nasionalisme Indonesia untuk mengusir penjajah. Dari
rangkaian peristiwa penting Indonesia, mulai dari Kebangkitan Nasional,
Sumpah Pemuda hingga Proklamasi Indonesia, sama sekali tidak ada orang
Papua Barat yang terlibat. Tetapi mengapa Indonesia dengan seenaknya
mengatakan “kita senasib dalam perjuangan”? Supaya Anda tahu, dalam
politik, apalagi berbicara nasionalisme itu merupakan sebuah kesadaran
masyarakat yang muncul dengan sukarela, bukan dengan cara paksa, apalagi
dengan cara klaim-mengklaim. Supaya Anda sadar, dalam pembentukan
nasionalisme dan perjuangan mendirikan negara yang terpenting adalah
“keikutsertaan” bukan paksaan dan menerima hasil bersih setelah merdeka.
Hal semacam inilah yang Anda paksakan untuk Papua Barat kan?
Mendekati
hari kemerdekaan Indonesia, Proklamasi dinyatakan untuk seluruh
Indonesia dari Sabang sampai Ambiona, tanpa Papua Barat. Tetapi mengapa
belakangan Papua Barat dimasukan ke dalam wilayah Indonesia? Apa-apaan
ini? Sebelum Konferensi Meja Bundar dilaksanakan, status politik Papua
Barat, masih sebagai daerah jajahan Belanda tetapi bukan bagian dari
Indonesia yang masih dijajah. Tetapi Papua Barat dijajah sebagai bangsa
sendiri, sehingga sangat bohong jika Indonesia mengatakan masih
merasakan penjajahan itu ketika Belanda belum mengangkat kaki dari Papua
Barat. Sangat hebat, rupanya Indonesia mempunyai rasa kemanusiaan yang
luar biasa. Tetapi mengapa kini Indonesia melanggar semua prinsip
kemanusiaan rakyat Papua Barat? Apakah karena beda waktu? Tetapi, tidak,
semua adalah kebohongan sejarah.
Karena status Papua Barat
adalah sebagai daerah jajahan, lagi pula saat itu Belanda mulai
kehilangan muka karena banyak desakan dari negara lain untuk memberikan
kemerdekaan bagi daerah-daerah koloni di seluruh dunia, maka tanggal 1
Desember 1961 Papua Barat menyatakan diri sebagai negara merdeka dengan
perangkat kenegaraannya, bendera : Sang Bintang Kejora, lagu kebangsaan :
Hai Tanahku Papua, lambang negara : Burung Mambruk, semboyan negara :
One People One Soul dan untuk menjalankan administrasi kenegaraan
sementara sekaligus merangkap parlemen dibentuklah New Guinea Raad
(Dewan New Guinea) sebelum kemerdekaan dinyatakan. Inilah tonggak awal
sejarah kemerdekaan Papua Barat yang sah secara de facto dan de jure.
Tetapi
kemerdekaan itu hanya berumur 19 hari. Tepatnya tanggal 19 Desember
1961, presiden Indonesia menyatakan Trikora untuk merebut kembali Irian
Barat (sebutan Soekarno untuk Papua Barat) ke pangkuan Indonesia. Apakah
Indonesia dan Papua Barat sebelumnya pernah punya ibu pertiwi yang
sama? Akhirnya, terjadilah pendudukan militer Indonesia ke Papua Barat
melalui operasi-operasi militernya, seperti, Operasi Banteng I, Banteng
II, Garuda Merah, Garuda Putih, Srigala dan Naga. Yang berperang di
Papua Barat bukan hanya antara Indonesia dan Belanda, tetapi rakyat
Papua Barat juga ikut dibantai oleh Indonesia.
Selanjutnya dalam
kurun waktu itu terjadi sandiwara politik oleh Soekarno. Soekarno
membelok ke Blok Timur dan memohon bantuan persenjataan kepada Uni
Soviet. Tindakan ini oleh Amerika dirasa sangat berbahaya, sehingga
Amerika Serikat melalui Elsworth Bunker mengeluarkan proposal Bunker
yang berisi tata cara penyelesaian status politik Papua Barat. Proposal
itu disahkan tanpa melibatkan rakyat Papua Barat sebagai sumber
sengketa. Lagi-lagi, ini sebuah dosa politik. Akhirnya tanggal 1 Mei
1963 Belanda menyerahkan Papua Barat kepada Indonesia.
Mulai
penyerahan Papua Barat ke Indonesia inilah terjadi pelanggaran HAM yang
sangat panjang dan sadis. Akhirnya saat-saat dekat PEPERA, Indonesia
memilih 1025 perwakilan rakyat Papua Barat untuk ikut memilih dalam
PEPERA nanti. Tetapi sebelum pemilihan para calon pemilih tersebut di
bawah ke Jawa dan Bali dan disogokan pelacur-pelacur di hotel-hotel
berbintang dan diberi hadiah radio tens. Bukan itu saja, saat-saat
menjelang PEPERA, para calon pemilih maupun bukan pemilih selalu diteror
dan dinterogasi agar tetap diam dan memihak ke Indonesia. Akhirnya
dalam suasana ketakutan para pemilih menyatakan bergabung dengan
Indonesia. Lagi-lagi, ini dosa sejarah. Sejak itu Papua Barat bergabung
dengan Indonesia. Tetapi kami rakyat Papua Barat menganggap Indonesia
yang bergabung dengan Papua Barat, sehingga suatu saat kami akan
mengusir Anda, karena Anda adalah turis di negeri kami, tetapi bukan
pemilih begeri Papua Barat.
SBY dan MJK yang terhormat,
Ketika
Papua Barat bergabung dengan Indonesia dengan cara cacat hukum dan
moral, terjadila wabah penyakit mematikan yaitu pembantaian etnis oleh
negara. Di sinilah kurun waktu sejarah penderitaan rakyat Papua Barat
bersama Indonesia lewat penetapan DOM (daerah operasi militer) itu
dimulai.
Bukti kejahatan negara Indonesia ini adalah 100 ribu
rakyat Papua Barat yang tak berdosa telah mati terbunuh, ini adalah
perhitungan Amnesty Internasional. Menurut sumber lain, Koalisi HAM
untuk Papua Barat, misalnya, telah mencatat 1,5 juta jiwa rakyat Papua
Barat yang telah dibantai oleh Indonesia. Apakah ini jumlah yang sangat
sedikit? Apakah dengan bukti ini Papua Barat harus tetap berintegrasi
dengan Indonesia? Kita akan lihat hasilnya nanti.
Pembangunan
yang dijalankan selama ini di Papua Barat tidak lebih dari sebuah drama
politik penjajahan bermuka baru. Pembangunan-isme adalah sebuah model
penjajahan baru yang kebetulan mempunyai nama lain, tetapi pada
prinsipnya selalu sama, yaitu melanggar nilai-nilai kemanusiaan. Jika
Anda belum tahu atau pura-pura tidak tahu, kami mau ingatkan :
penjajahan boleh saja berbeda istilah, model dan waktu tetapi pada
prinsipnya sama yaitu melanggar nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini bukan
hanya dialami oleh rakyat Papua Barat, tetapi juga oleh seluruh rakyat
Indonesia termasuk Anda. Tetapi mengapa Anda tidak sadar? Memang
kesadaran tidak diperuntukan untuk semua orang.
SBY dan MJK yang terhormat,
Ketika
memasuki era Reformasi, yang angin segarnya berhembus hingga ke Papua
Barat sedikit memberi ruang gerak bagi kami. Buktinya, kami bisa
menyuarakan nilai kebenaran sejarah bangsa kami yang selama ini Anda dan
bangsamu bungkam dengan setengah mati. Tidak perlu Anda setengah mati
untuk membungkamnya, sebab kebenaran itu bisa disalahkan tetapi tidak
bisa dikalahkan. Kami telah menyelenggarakan Kongres Rakyat Papua II.
Melalui itu kami telah menyatakan sikap politik kami, yaitu Papua Barat
keluar dari Indonesia, tetapi dalam kenyataannya kami mau : Indonesialah
yang keluar dari Papua Barat. Untuk mencapai cita-cita Kongres, kami
sudah melakukan banyak usaha. Tetapi Anda juga berusaha untuk menghambat
langkah kami. Buktinya, pemimpin kami Theys Hiyo Eluay telah Anda
bunuh, walaupun pertama Anda menyangkal sebagai pelaku, tetapi akhirnya
kebenaran berkata Andalah yang membunuh pemimpin kami itu.
Usaha
Anda untuk mempermainkan Papua Barat selalu ada-ada saja. Pernah Anda
cetuskan ide Pemekaran Propinsi sebagai upaya devide et impera, sebuah
politik pecah-belah yang dahulu diterapkan Belanda terhadap bangsa Anda.
Rupanya Anda hebat mengingat sejarah. Tidak puas dengan itu, Anda
mulai bersandiwara dengan cara lain, Otonomi Khusus dengan iming-iming
banyak uang, telah Anda cetuskan. Tidak cukup dengan itu, banyak usaha
untuk membasmi rakyat Papua Barat selalu Anda kerjakan. Kalau kami mau
menyebut usaha kejahatan Anda, maka inilah dia : pendropan pasukan
Jihad, pendropan Barisan Merah Putih, pendropan militer gelap, pendropan
pelacur-pelacur berpenyakit, pendropan minuman keras dan obat-obat
terlarang dan pendropan kejahatan lainnya. Apakah semuanya berjalan
secara kebetulan? Semua upaya kejahatan yang terjadi selama ini di Papua
Barat dilakukan dengan sengaja dan terencana oleh negara, yang
belakangan diketahui adanya aksi Genocida (upaya pembasmian etnis secara
sengaja dan terencana oleh negara). Apakah Anda harus menyangkal upaya
jahat ini?
SBY dan MJK yang terhormat,
Kini sudah sangat
jelas bagi Anda, bahwa pemutarbalikan sejarah, kejahatan kemanusiaan dan
upaya pembasmian etnis Papua Barat tidak menjadi rahasia negara Anda,
tetapi telah diketahui oleh semua orang di seluruh penjuru dunia. Mereka
kini menertawakan kejahatan Anda yang Anda bungkus dengan pura-pra
menjadi negara beragama yang taat. Anda berkampanye di seluruh dunia
bahwa tidak pernah terjadi kejahatan apapun di Papua Barat, sebaliknya
yang terjadi adalah pembangunan. Tetapi pada saat Anda kampanye, banyak
orang menertawakan kemunafikan Anda. Mereka hanya bisa berkata “lihatlah
kelakuan bangsa munafik ini, bangsa yang sopan di muka umum tetapi
paling jahat di dalam hati”. Inilah perkataan mereka.
Boleh saja
Anda berkeras kepala untuk mempertahankan Papua Barat dengan berbagai
aksi entah halus atau jahat. Tetapi ingat satu hal : kini kerikil jatuh
di Papua Barat, bunyinya terdengar sampai ke suluruh penjuru dunia.
Kesempatan
untuk Anda bersandiwara sudah tidak ada lagi. Kesempatan untuk Anda
bermesra dengan Papua Barat hampir sirna. Riwayatmu Indonesia kini
hampir tamat dan Anda akan dibuang sebagai bangsa yang buruk rupa dalam
sejarah manusia. Itulah dosa yang harus Anda tanggung, suka atau tidak
suka. Itulah resiko bangsa yang jahat dan munafik. Ini baru tanggungan
dosa di dunia, untuk di hari akhir silakan berurusan dengan Hakim Adil
di hari akhir Anda.
SBY dan MJK yang terhormat,
Kini semuanya
telah jelas bagi Anda, sehingga Anda harus diam saja? Ataukah Anda
harus bingung atau sebaliknya Anda marah dan bengis dengan surat ini?
Itu urusan Anda sesuai dengan getaran hati Anda saat membaca surat ini.
Tetapi,
tenang! Jangan terlalu gusar, kami tidak mengganggu Anda. Kami hanya
mau memberikan satu tugas saja, satu tebusan dosa yang Anda harus
tanggung sebagai upaya pencucian dosa sejarah bangsa Anda terhadap
rakyat dan bangsa Papua Barat. Inilah tugas Anda : Dialog Untuk
Pelurusan Sejarah Papua Barat dan Peninjauan Kembali PEPERA. Cuma itu
saja yang kami minta, tetapi kami tidak memohon. Kami cuma meminta. Jika
Anda tidak mengabulkan permintaan kami ini, maka kami juga tidak paksa.
Sebab kami yakin kami akan menang, sebab kami adalah hamba kebenaran,
keadilan dan kejujuran. Kami tidak memaksa Anda untuk memperhatikan
permintaan kami.
Kami meminta Anda untuk dialog pelurusan
sejarah Papua Barat dan peninjauan kembali PEPERA, hanya dengan satu
tujuan, yaitu ingin mengembalikan Anda ke jalan benar. Anda harus
kembali ke jalan yang benar, sebab sebuah bangsa yang besar, seperti
Indonesia ini, tidak bisa dibangun dengan sebuah kebohongan dan
kepalsuan. Pasti Anda masih ingat, Timor Leste lepas dari Indonesia,
segar dalam ingatan Anda, Uni Soviet yang kuat dengan senjata bisa
tergilas sejarah perpecahan, Anda pasti tidak lupa Majapahit juga bisa
runtuh dan juga tembok berlin runtuh berkeping-keping. Semuanya ini
karena hegemoni kejahatan dan kebohongan pernah bersarang di sana.
SBY dan MJK yang terhormat,
Kami
hanya mau membagi belas kasih kami kepada Anda supaya Anda tidak
terkucil di dunia ini di hari esok. Kami hanya mau mengajak Anda supaya
bisa sadar dan bersama melawan kejahatan di dunia ini. Tetapi jika Anda
tidak mau mendengarnya, maka kami tidak paksa. Itu urusan dan keputusan
politik dan hati nurani Anda. Silakan Anda tentukan sendiri. Akhirnya,
kami hanya mau bertanya : apakah sejarah kehidupan manusia menunjukkan
bahwa sebuah bangsa berhasil dibangun selamanya dengan kebohongan dan
kepalsuan? Sejarah jugalah yang akan menjawabnya. Tetapi kami akhiri
surat kami ini dengan perkataan Sang Revolusioner Kuba, Fidel Castro,
“sejarah akan membebaskan bangsaku”.
Salam dan Hormat Kami : Rakyat Papua Barat. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar